A. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kolam
Sarana berupa kolam
yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari
sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis
kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
a. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam
ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam
tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2
ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara
20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
b. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas
kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara
30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada
saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c. Kolam pembesaran
Kolam
pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan
benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini
diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
Kolam pembesaran tahap I
berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan.
Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum
250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan
memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas.
Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran
tahap kedua atau langsung dijual kepada pera Petani.
Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih
gelondongan
besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga
dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran
pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
Pembesaran
tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah
antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
d. Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran
ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1
x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat
disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang
diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih
ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat
menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1- 1,5 m dengan
kedalaman 60-75 cm.
2. Peralatan
Alat-alat yang biasa
digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala,
waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara
induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran,
timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta
piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan
peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara
lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter
100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba
kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat),
kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari
kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau
kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari
alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk
menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan),
lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3. Persiapan Media
Yang
dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam
menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah
pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing
dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk
buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan
10 gram/meter persegi.
B. Pembibitan
1. Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran
induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan
berumur sekitar 4-5 bulan. Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk
jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a. Betina
Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
Warna perut lebih putih.
Warna dagu putih.
Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Jantan
Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan
nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya,
kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak
lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar
dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi
kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal
kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara
karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina.
Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
Secara manual (dipilih)
Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
Merangsang perubahan seks dengan hormon
Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
Perendaman
Perlakuan hormon melalui pakan
2. Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan).
Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar.
Usaha
pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal
ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang
baru lepas dan mulut induknya disebut “benih kebul”. Benih yang berumur
2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga
putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil
dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1
minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor.
Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3
minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain
lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai
10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
3. Pemeliharaan Pembesaran
Dua
minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam
dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan
dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan
sampai teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar.
Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah
dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk
mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur
panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha.
Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga
pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi
dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya
siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari
agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi
sampai kedalaman 80- 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
1. Pemupukan
Pemupukan
dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara
pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar
yang
ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat
kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan,
kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam
diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu,
dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi
untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah
serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak
300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha.
Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan
merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan
dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan
kapur dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam
50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan.
Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan
warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai
banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik
serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan
ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. Pemupukan susulan harus
dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai
habis. Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha.
Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam
keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush
di kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua
keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP
masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang
diberi lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demi
sedikit. Kantong
pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar
kolam. Posisi ng terendam tetapi tidak sampai ke dasar kolam. Selain
pukan ulang. ikan nila juga harus tetap diberi dedak dan katul.
pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air tawar, payau atau
sawah yang diberakan.
2. Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah
merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang
hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan
chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun,
induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang
mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%.
Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam
pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge
dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan
tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan
induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio
massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan
beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh
ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan
90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han
3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan
pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil
kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah
berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan.
Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem
dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat
pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan
dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran
ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,
yaitu :
a. Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)
Sistem
ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang.
Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air
tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim
hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil
ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya
secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.
Pemupukan
tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan
yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil
kelapa dll.).
Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak
besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif
sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam
herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang
berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan
kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat
mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam
menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.
b. Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
Pemeliharaan
semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di
jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan.
Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan
yang teratur.
Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga
kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air
juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya
membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau
sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak
lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih
gelondongan besar.
Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam
dapat dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur. Pada
monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila
jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
Sistem semi-intensif
juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan
dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah
tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat
di atas kolam agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam.
Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara
bersama
ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan.
Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi
kebun sayuran.
Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil
sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun
kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.
Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.
c. Sistem intensif (teknologi maju)
Sistem
pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern.
Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan
pasar.
Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau
dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin
sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap
hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.
Ransum
hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa
pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian pakan
sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan
ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika
pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan.
Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara
panas, terlalu sering diberi pakan.
Semoga bermanfaat..
Sumber Referensi : http://carabudidaya.com/cara-budidaya-ikan-nila/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar